Follow me on Twitter RSS FEED

PERAN SISWA DALAM BERTINDAK BELAJAR, MENCAPAI HASIL BELAJAR DAN MENGGUNAKAN HASIL BELAJAR

Posted in By Unknown 0 comments


assalamu alaikum bloggers,seperti biasa gua hadir lagi buat jadi pahlawan penyelamat para kaum-kaum mahasiswa yg malas buat kerja tugas hahah.. postingan dibawah ini mengenai makalah pada kuliah " Belajar dan Pembelajaran" Prodi PGSD, judulnya yag yg diatas itu.. smoga sukses :)

BAB I
PENDAHULUAN


A.     LATAR BELAKANG


Siswa adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi penting dalam proses pembelajaran karena siswa sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Dalam konsep pendidikan Islam, siswa (peserta didik) adalah makhluK yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya. Jadi, dalam proses pembelajaran yang diperhatikan pertama kali adalah siswa, bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu menentukan komponen-komponen yang lainnya.

B.      TUJUAN

Untuk mengetahui secara jelas apakah peran siswa dalam bertindak belajar serta metode-metode yang digunakan agar siswa mampu mencapai hasil belajar secara maksimal dan menggunakan hasil belajar tersebut .















BAB II
PEMBAHASAN


A.    Peranan siswa

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, murid berarti orang (anak yang sedang berguru (belajar, bersekolah). Sedangkan menurut Prof. Dr. Shafique Ali Khan, murid (pelajar) adalah orang yang datang ke suatu lembaga untuk memperoleh atau mempelajari beberapa tipe pendidikan. Seorang pelajar adalah orang yang mempelajari ilmu pengetahuan berapa pun usianya, dari mana pun, siapa pun, dalam bentuk apa pun, dengan biaya apa pun untuk meningkatkan intelek dan moralnya dalam rangka mengembangkan dan membersihkan jiwanya dan mengikuti jalan kebaikan.Murid atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Di dalam proses belajar-mengajar, murid sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Murid akan menjadi faktor penentu, sehingga dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.Komponen–komponen pendidikan yang lain sangat bergantung kepada kondisi siswa.
Materi yang diperlukan, metode yang akan digunakan, media yang akan dipakai, semua itu harus disesuaikan dengan karakteristik siswa. Itulah sebabnya siswa menjadi subyek dalam proses pembelajaran. Dalam pandangan modern, siswa tidak hanya dianggap sebagai obyek atau sasaran pendidikan, melainkan juga harus diperlakukan sebagai subyek pendidikan, dengan cara melibatkan mereka dalam memecahkan masalah dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran guru harus mampu mengorganisasikan setiap kegiatan pembelajaran dan menghargai anak didiknya sebagai subyek yang memiliki potensi.
Dengan demikian, siswa diharapkan lebih aktif dalam proses pembelajaran. Aktivitas belajar siswa yang dimaksud di sini adalah aktivitas jasmaniah maupun aktivitas mental. Aktivitas belajar siswa dapat digolongkan ke dalam beberapa hal, yaitu:

a.      Aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis, melakukan eksperimen, dan demonstrasi
b.      b. Aktiviatas lisan (oral activities) seperti bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi dan menyanyi
c.       Aktivitas mendengarkan (listening activities) seperti mendengarkan
penjelasan guru, ceramah, pengarahan
d.      Aktivitas gerak (motor activities) seperti senam, atletik, menari,
melukis
e.      Aktivitas menulis (writing activities) seperti mengarang, membuat
makalah, membuat surat.

Setiap jenis aktivitas tersebut di atas memiliki kadar atau bobot yang berbeda bergantung pada segi tujuan yang akan dicapai dalam proses pembelajaran. Yang jelas, aktivitas belajar siswa hendaknya memiliki kadar atau bobot yang lebih tinggi. Aktivitas belajar siswa dapat dilakukan secara individual dalam arti siswa di kelas dituntut untuk melakukan kegiatan belajar masing-masing, dapat dilakukan secara klasikal artinya setiap siswa mempelajari hal yang sama dalam waktu yang sama dan cara yang sama dan dapat dilakukan secara kelompok artinya siswa dihimpun dalam satu kelompok dan setiap kelompok diberi masalah oleh guru untuk
dipecahkan bersama-sama.
Dalam kaitannya dengan aktifitas siswa, tugas-tugas yang harus dilakukan siswa secara umum menurut al-Ghazali antara lain adalah:

a.      Belajar sebagai sarana ibadah kepada Allah.
b.      Semampu mungkin siswa mengurangi ketergantungan dirinya.
c.       Bersifat rendah hati
d.      Harus mempelajari ilmu pengetahuan yang terpuji baik ilmu agama
maupun dunia.
e.      Siswa perlu mengetahui nilai pengetahuan dari segi manfaat yang ia
peroleh.

Tugas Murid di sekolah
Selain guru, murid pun mempunyai tugas untuk menjaga hubungan baik dengan guru maupun dengan sesama temannya dan untuk senantiasa meningkatkan keefektifan belajar bagi kepentingan dirinya sendiri. Adapun tugas tersebut ditinjau dari berbagai aspek yaitu aspek yang berhubungan dengan belajar, aspek yang berhubungan dengan bimbingan, dan aspek yang berhubungan dengan administrasi.
1.       Aspek yang berhubungan dengan belajar
Kesalahan-kesalahan dalam belajar sering dilakukan murid, bukan saja karena ketidaktahuannya, tetapi juga disebabkan oleh kebiasaan-kebiasaannya yang salah. Adalah menjadi tugas murid untuk belajar baik yang menghindari atau mengubah cara-cara yang salah itu agar tercapai hasil belajar yang maksimal.

 Hal-hal yang harus diperhatikan murid agar belajar menjadi efektif dan produktif, di antaranya:
·         Murid harus menyadari sepenuhnya akan arah dan tujuan belajarnya, sehingga ia senantiasa siap siaga untuk menerima dan mencernakan bahan. Jadi bukan belajar asal belajar saja.
·         Murid harus memiliki motif yang murni (intrinsik atau niat). Niat yang benar adalah “karena Allah”, bukan karena sesuatu yang ekstrinsik, sehingga terdapat keikhlasan dalam belajar. Untuk itulah mengapa belajar harus dimulai dengan mengucapkan basmalah.
·         Harus belajar dengan “kepala penuh”, artinya murid memiliki pengetahuan dan pengalaman-pengalaman belajar sebelumnya (apersepsi), sehingga memudahkan dirinya untuk menerima sesuatu yang baru.
·         Murid harus menyadari bahwa belajar bukan semata-mata mengahafal. Di dalamnya juga terdapat penggunaan daya-daya mental lainnya yang harus dikembangkan sehingga memungkinkan dirinya memperoleh pengalaman-pengalaman baru dan mampu memecahkan berbagai masalah.
·         Harus senantiasa memusatkan perhatian (konsentrasi pikiran) terhadap apa yang sedang dipelajari dan berusaha menjauhkan hal-hal yang mengganggu konsentrasi sehingga terbina suasana ketertiban dan keamanan belajar bersama dan/atau sendiri.
·         Harus memiliki rencana belajar yang jelas, sehingga terhindar dari perbuatan belajar yang “insidental”. Jadi belajar harus merupakan suatu kebutuhan dan kebiasaan yang teratur, bukan “seenaknya” saja.
·         Murid harus memandang bahwa semua ilmu (bidang studi) itu sama penting bagi dirinya, sehingga semua bidang studi dipelajarinya dengan sungguh-sungguh. Memang mungkin saja ada “beberapa” bidang studi yang ia “senangi”, namun hal itu tidak berarti bahwa ia dapat mengabaikan bidang studi yang lainnya.
·         Jangan melalaikan waktu belajar dengan membuang-buang waktu atau bersantai-santai. Gunakan waktu seefesien mungkin dan hanya bersantai sekadar melepaskan lelah atau mengendorkan uraf saraf yang telah tegang dengan berekreasi.
·         Harus dapat bekerja sama dengan kelompok/kelas untuk mendapatkan sesuatu atau memperoleh pengalaman baru dan harus teguh bekerja sendiri dalam membuktikan keberhasilan belajar, sehingga ia tahu benar akan batas-batas kemampuannya. Meniru, mencontoh atau menyontek pada waktu mengikuti suatu tes merupakan perbuatan tercela dan merendahkan “martabat” dirinya sebagai murid.
·         Selama mengikuti pelajaran atau diskusi dalam kelompok/kelas, harus menunjukkan partisipasi aktif dengan jalan bertanya atau mengeluarkan pendapat, bila diperlukan.



2.      Aspek yang Berhubungan dengan Bimbingan

·         Semua murid harus mendapat bimbingan, tetapi tidak semua murid khususnya yang bermasalah, mempergunakan haknya untuk memperoleh bimbingan khusus. Hal itu mungkin disebabkan oleh karena berbagai “perasaan” yang menyelimuti murid, atau karena ketidaktahuannya, dan mungkin juga disebabkan oleh karena guru/sekolah tidak membuka kesempatan untuk itu, dengan berbagai alasan.
·         Guru berkewajiban memperhatikan masalah ini dan menjelaskan serta memberi peluang kepada murid untuk memperoleh bimbingan dan penyuluhan. Jika hal itu telah disampaikan guru dengan lurus dan benar, maka menjadi tugas muridlah kini untuk mempergunakan hak-haknya dalam mendapatkan bimbingan/penyuluhan.
·         Kesadaran murid akan guna bimbingan belajar serta bimbingan dalam bersikap, agar dirinya dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan serta melaksanakan sikap-sikap yang sesuai dengan ajaran agama dalam kehidupannya sehari-hari, amat diharapkan. Dan untuk itu, maka menjadi tugas muridlah untuk berpartisipasi secara aktif, sehingga bimbingan itu dapat dilaksanakan secara efektif. Keikutsertaan itu dibuktikan, di antaranya dengan murid harus menyediakan dan merelakan diri untuk dibimbing, sehingga ia memahami akan potensi dan kemampuan dirinya dalam belajar dan bersikap. Kesedian itu dinyatakan dengan kepatuhan dan perasaan senang jika dipanggil atau memperoleh kesempatan untuk mendapat bimbingan khusus.
·         Menaruh kepercayaan kepada pembimbing dan menjawab setiap pertanyaan dengan sebenarnya dan sejujurnya. Demikian pula dalam mengisi “lembaran isian” untuk data bimbingan.
·         Secara jujur dan ikhlas mau menyampaikan dan menjelaskan berbagai masalah yang diderita atau dialaminya, baik ketika ia ditanya maupun atas kemauannya sendiri, dalam rangka mencari pemecahan atau memilih jalan keluar untuk mengatasinya.
·         Berani dan berkemauan untuk mengekspresikan atau mengungkapkan segala perasaan dan latar belakang masalah yang dihadapinya, sehingga memudahkan dan memperlancar proses penyuluhan.
·         Menyadari dan menginsafi akan tanggung jawab terhadap dirinya untuk memecahkan masalah/memperbaiki sikap dengan tenaganya sendiri, sehingga semua perbuatannya menjadi sesuai dan selaras dengan ajaran Islam.






3.       Aspek yang Berhubungan dengan Administrasi
Aspek ini berkenaan dengan keturutsertaan murid dalam pengelolaan ketertiban, keamanan dan pemenuhan kewajiban administratif, sehingga memberikan dukungan terhadap kelancaran pelaksanaan pengajaran serta keberhasilan belajar itu sendiri. Tugas murid sehubungan dengan aspek administrasi, meliputi:
a.      Tugas dan kewajiban terhadap sekolah, yaitu:

1.      Menaati tata tertib sekolah.
2.      Membayar SPP dan segala sesuatu yang dibebankan sekolah kepadanya, sepanjang sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3.      Turut membina suasana sekolah yang aman, tertib dan tenteram, di mana suasana keagamaan menjadi dominan.
4.      Menjaga nama baik sekolah di manapun ia berada dan menjadi “kebanggaan” baginya mendapat kesempatan belajar pada sekolah yang bersangkutan.

b.      Tugas dan kewajiban terhadap kelas, yaitu:

1.      Senantiasa menjaga kebersihan kelas dan lingkungannya.
2.      Memelihara keamanan dan ketertiban kelas sehingga suasana belajar menjadi aman, tenteram dan nyaman.
3.      Melakukan kerja sama yang baik dengan teman sekelasnya dalam berbagai urusan dan kepentingan kelas serta segala sesuatunya dilakukan dengan cara musyawarah dan mufakat.
4.      Memelihara dan mengembangkan semangat dan solidaritas, kesatuan dan kebanggaan, suasana keagamaan dalam kelas, sehingga memberi peluang untuk mengaktualisasikan ajaran-ajaran Islam dan berlomba-lomba untuk kebaikan.

c.       Tugas dan kewajiban terhadap kelompok, yaitu:

1.      Membentuk kelompok belajar bersama untuk memperoleh berbagai pemahaman dan pengalaman dalam mempelajari bahan pelajaran melalui penelaahan dan diskusi kelompok.
2.      Mengembangkan pola sikap keagamaan dan mempergunakan waktu senggang untuk belajar bersama, bersilaturrahmi dengan keluarga dan anggota kelompoknya dan saling membantu, serta melakukan berbagai kegiatan yang bersifat rekreatif, sehingga terwujud rasa ukhwah Islamiah di antara mereka.
3.      Memelihara semangat dan soladaritas kelompok, saling mempercayai dan saling menghargai akan kemampuan masing-masing anggota kelompok, sehingga belajar menjadi lebih terarah dan bermakna bagi diri masing-masing.

B.    Faktor yang mempengaruhi minta belajar siswa

Selain itu ada perlu adanya upaya atau usaha untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar agar dapat mencapai hasil belajarnya secara maksimal dan menggunakan hasil belajar tersebut secara maksimal pula. Menurut Abdullah (1989), ada beberapa yang mempengaruhi minat sesorang terhadap mata pelajaran tertentu, sebagai contoh pada materi pelajaran IPA-biologi. Secara keseluruhan faktor tersebut digolongkan dalam dua kelompok besar, yaitu faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri siswa) dan faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri siswa).
Dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat siswa dalam mata pelajaran IPA-Biologi, yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini adalah faktor kurikulum, faktor dari dalam diri siswa, faktor metode mengajar, faktor guru, serta sarana dan prasarana. Untuk lebih jelasnya, pengaruh dari masing-masing faktor tersebut minat belajar IPA-Biologi siswa dapat diuraikan sebagai berikut :

a.      Faktor Kurikulum
Arah pengembangan pengajaran mata pelajaran IPA-Biologi pada masa mendatang tidak dapat terlepas dari tujuan dan fungsi kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu kurikulum 1994. Pada Kurikulum 1994 terdapat beberapa fungsi pelajaran IPA-Biologi khususnya di tingkat Sekolah Dasar, adalah :
1.      Membantu siswa memahami konsep-konsep IPA-Biologi.
2.      Membantu mengembangkan sikap ilmiah dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari.
3.      Membantu menggunakan dan mengembangkan keterampilan proses dalam mempelajari konsep-konsep IPA-Biologi.
4.      Membantu siswa dalam menerapkan konsep-konsep IPA-Biologi yang dibantu ilmu dasar lainnya dan dikembangkan dalam teknologi.
5.      Membantu siswa memahami keteraturan kehidupan makhluk hidup sehingga menimbulkan rasa kagum dan cinta kepada Allah Yang Maha Kuasa.
6.      Membantu persiapan siswa untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
7.      Meningkatkan kesadaran siswa akan pentingnya menjaga sumber kelestarian daya alam dan lingkungan hidup






Siswa adalah sekelompok manusia yang akan diajar, dibimbing, dan dibina menuju pencapaian tujuan belajar yang ditentukan. Siswa juga mempunyai peranan dalam proses belajar mengajar. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar terjadi interaksi antara guru dan siswa, dan antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya, yaitu terjadinya saling tukar informasi dan pengalaman mengarah kepada interaksi proses belajar mengajar yang optimal (Ali, 1993).
Proses belajar mengajar menurut konsep ini, siswa menggunakan seluruh kemampuan dasar yang memilikinya sebagai dasar untuk melakukan berbagai kegiatan agar memperoleh prestasi belajar yang optimal. Dalam hal ini, fungsi guru dalam proses belajar mengajar seperti diungkapkan oleh Sardiman (1992) adalah :
1.      Mencari perangsang atau motivasi agar siswa mau melakukan satu tujuan tertentu.
2.      Mengarahkan seluruh kegiatan belajar kepada suatu tujuan tertentu
3.      Memberi dorongan agar siswa mau melakukan seluruh kegiatan yang mampu dilakukan untuk mencapai tujuan.

c.       Faktor Metode Mengajar
Mengajar atau mentransfer ilmu dari guru kepada siswa memerlukan suatu teknik atau metode tertentu. Metode tersebut dengan istilah metode mengajar. Dalam dunia pendidikan telah dikenal berbagai metode mengajar yang dapat digunakan. Di sekolah atau lembaga pendidikan tertentu terdapat banyak mata pelajaran dan tiap mata pelajaran  mempunyai tujuan-tujuan tersendiri. Untuk mencari tujuan tersebut setiap guru harus memilih metode mengajar yang manakah yang paling tepat untuk mata pelajaran atau pokok bahasan yang akan diajarkannya. Hal tersebut disebabkan karena tidak semua pokok bahasan cocok untuk diterapkan satu mata pelajaran atau pokok bahasan. Oleh karena itu, guru yang mampu menggunakan berbagai metode pengajaran dan menerapkannya dalam proses belajar mengajar akan dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa (Roestiyah, 1993).

d.      Faktor Guru
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh seseorang tanpa memiliki keahlian sebagai guru. Untuk menjadi seorang guru, diperlukan syarat-syarat khusus, apa lagi seorang guru yang profesional yang harus menguasai seluk beluk pendidikan dan mengajar dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu.
Guru merupakan unsur penting dalam keseluruhan sistem pendidikan. Oleh karena itu peranan dan kedudukan guru dalam meningkatkan mutu dan kualitas anak didik perlu diperhitungkan dengan sungguh-sungguh. Status guru bukan hanya sebatas pegawai yang hanya semata-mata melaksanakan tugas tanpa ada rasa tanggung jawab terhadap disiplin ilmu yang diembannya.
Penggunaan alat peraga dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi utama (Nasution, 1990), yaitu :
1.      Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis hanya dalam bentuk kata-kata atau lisan belaka.
2.      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, daya indra seperti objek terlalu besar dapat digantikan dengan gambar, film, atau model.
3.      Dengan menggunakan media pengajaran secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif siswa, dan
4.      Dengan sikap yang unik untuk tiap siswa dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum materi pelajaran yang ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan jika harus diatasi sendiri.

Jika hal-hal diatas telah diterapakn dan tercapai dan para siswa dan siswi memahami maka dengan mudahnya mereka dapat mencapai dan menggunakan hasil belajar yang telah mereka pelajari selama ini dengan baik sesuai dengan tujuannya masing masing.

















BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
           
Jadi seorang siswa akan dengan mudah dalam belajar, mencapai hasil belajar serta menggunakan hasil belajarnya tersebut tidak hanya semata atau tegantung pada diri mereka sendiri tapi perlu adanya dukunga dari berbagai factor baik eksternal maupun internal. Faktor eksternal itu diantaranya faktor kurikulum, faktor guru,faktor lingkungan, faktor alat dan metode mengajar. Hal tersebut harus ada untuk menunjang para siswa dan siswi agar dapat sebaik mungkin dan semaksimal mungkin dalam belajar, mencapai hasil belajar serta menggunakan hasil belajarnya.























DAFTAR PUSTAKA


______. 2012. Faktor yang mempengaruhi minat belajar. (Online).(http://www.sarjanaku.com/2012/11/faktor-yang-mempengaruhi-minat-belajar.html). Diakses tanggal 8 Januari 2013

______. 2011. Pengertian dan tugas murid. (Online).(http://goooo.blogdetik.com/2011/02/16/pengertian-dan-tugas-murid/). Diakses tanggal 8 Januari 2013

______. 2012. Fungsi siswa dalam proses pembelajaran. (Online).(http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2244269-fungsi-siswa-dalam-proses-pembelajaran/). Diakses tanggal 8 Januari 2013



The Present Perfect Tense

Posted in By Unknown 0 comments


Assalamu alaikum bloggers...
lama tak bersua kali ini saya mau posting tentang hal-hal yg bermanfaat pastinya untuk meringankan beban tugas kalian nih, ( aeniiy baik yah :D ) krn yg gua posting ini sbenarnya tugas kuliah gua, tugas makalah klp, dan biasalah tgas klp tpi kerjanya individu :D ( curhat :') ) oke deh lansung aja yah smoga bahan dibawah ini brmanfaat buat klian semua  good luck :*.

THE PRESENT PERFECT TENSE


Present perfect tense is used to describe the actions that have been carried out at a perfect time in the past. However, the idea is still in touch with the present (present). Therefore, the present perfect tense can not be equated with the past tense. Besides the present perfect tense more emphasis on the completion of an action performed by the subject and not on time completion..
1.      Positive Tense

Note :

I, You, They, and We use the word Have
He, She, It or the name of a single person using the word Has

Example :

·        I have read the book
·        She has gone

Other example :

·        I have written english lesson for 30 minutes
·        You have read my lesson since 2 PM

Note the verbs changes :

·        Write – wrote – written (change)
·        Read – read – read

 Questions
Yes/No Questions for The Present Perfect Tense is :


Text Box: Has / Have + Subject + Verb III
 
                       
Atau


Text Box: WH-Question + Has / Have + Subject + Verb III
 
                    
Example :
1.    Has John traveled around the world?
2.    Has she read the entire book?
3.    Have you eaten?
4.    With who have you played?
5.    what have you done in there ?


2.      Negative Tense

The negative sentences in the Present Perfect Tense is made by adding "not" after the auxilary has / have, as seen in the following formula,


Text Box: Subject + Has / Have + Not + Verb III
 




The word "not" is placed after the verb form "have / has" so as to "have not" (haven’t), and "has not" shortened to (hasn’t)


Example :
  1. John has not traveled around the world. 
  2. She has not read the entire book.
  3. have not eaten.
  4. Someone has not stolen my book.
  5. They have not gone.

The Use of Present Perfect Tenses
Basically, use the Present Perfect Tense can be grouped into 3 categories:

1.  To declare that the event / activity already occurring / done at a non-specific (unspecified / indefinite time) in the past.
Example :
1.    John has traveled around the world.
2.    She has read the entire book.
3.    I have eaten.
4.    Someone has stolen my book.
5.    They have gone.

Note:
In the above example, we do not know when John jaunt into the world, when he was reading a book, when I eat, when someone stole my book, whenever they go. The emphasis is the event / activity has been going on / do.

2. To state the frequency (how often) events / activities happening / not done at a specific time (unspecified / indefinite time) in the past.
Example :
1.    I have seen the Titanic three times.
2.    She has fallen in love ten times.
3.    They have failed the exam twice.
4.    My car has broken down five times.
5.    Our dean has punished that very rebellious student three times
Note:
 In the above example, we do not know when I was watching Titanic, when she fell in love, when they fail the exam, when my car is broken, when the dean of student punish dissidents. The emphasis is how many times the incident / event occurred telahNo / made ​​from first till NOW, whether once (once), twice / two times (twice), trice / three times (three times), ten times (ten times), and so on.
6.    To declare that the event / activity continues to happen / be done starting from a certain time in the past to the present (now).
Example :
1.      I have lived in this house for nine years..
2.      We have studied English since a month ago.
3.      He has married her for nineteen years.
4.      Mr. Johnson has worked in the same place since 1980.
5.      She has waited for her boyfriend for an hour.

Note:
 All events / activities on the fifth example above is still ongoing until now disclosed (now). Events / activities such as these can also be expressed by the present perfect continuous tense without changing the meaning of the sentence.
Usage For and Since
For  the use of  the present perfect tense is the third, when events / activities undertaken by the subject expressed using for and since. For (meaning long) followed by the duration or length of time of the incident. For example: for thirty years (for 30 years), for ten minutes (for 10 minutes), for a week (during the week), etc. Meanwhile, since (meaning from) followed by when the event / activity begins. For example: since 1985 (since 1985), since January (since January), since two o'clock (from 2 pm), etc.         
Consider these five examples above. If for since replaced with, or vice versa, then the sentence above becomes:

1.       I have lived in this house since 2000.
2.       We have studied English for a month.
3.       He has married her since 1990.
4.       Mr. Johnson has worked in the same place for twenty-nine years
5.       She has waited for her boyfriend since an hour ago.

Using already and yet
Text Box: Subject + Has / Have + Not + Verb III

a.       Adverb pernyatakan already used to confirm that something has or has not occurred at a non-specific (unspecified time) in the past. Already (has / have) used in a positive sentence, while yet (yet) used in negative sentences or questions.
Already normally placed between the auxiliary (has / have) and verb3, but it can also be placed at the end of the sentence without changing the meaning of a sentence, as shown in the following formula:.


Subject + Has / Have + already + Verb III

 
 


or


Subject + Has / Have + Verb III + already

 
 



Example :
1.      John has already traveled around the world. Or John has traveled around the world already.
2.      She has already read the entire book. Or She has read the entire book already.
3.      I have already eaten. Or I have eaten already.
4.      Someone has already stolen my book. Or Someone has stolen my book already.
5.      They have already gone. Or They have gone already.

b.       Yet used in the negative adverb form (negative sentence) and interogative form (or questions), which are usually placed at the end of a sentence, as in the following formula:

Subject + Has / Have + Not + Verb III + Yet

 


In addition, yet can also be placed in the middle of a sentence (ie after has / have) with the following formula:

Subject + Has / Have + yet +  (to Verb I )

Note:
verb3 turned into infinitive (to + verb1). And, although there are no notes, this phrase means negative (meaning the same as if yet placed at the end of the sentence).
Example :
1.      John has not traveled around the world yet. Or John has yet to travel around the world.
2.      She has not read the entire book yet. Or She has yet to read the entire book.
3.      I have not eaten yet. Or I have yet to eat.
4.      Someone has not stolen my book yet Or Someone has yet to steal my book
5.      They haven’t gone yet. Or They have yet to go.

In the sentence asked, yet generally placed at the end of a sentence.

Example :

1.      Has John traveled around the world yet?
2.      Has she read the entire book yet?
3.      Have you eaten yet?
4.      Has someone found your book yet?
5.      Have they gone yet? etc.

conclusion

From the above explanation it can be concluded that the present perfect tense in principle be used to:

1.      To emphasize ALREADY / YET. Have you eaten yet? (Have you eaten yet?)
2.       To emphasize HOW TIMES ALREADY. How many times have you eaten today? (How many times have you eaten today?).
3.       To emphasize DURATION event / activity. How long have you eaten yet? (For how long have not you eaten yet?


Popular Posts

Design by: WPYAG
Blogger Template by Anshul | Funny Pictures.